Jumat, 07 Maret 2014

Caleg Perempuan??? Mikirr....



Slogan dan perjuangan emansipasi wanita dan disusul dengan keluarnya produk kebijakan pemerintah tentang 30 %  kouta kursi perempuan di parlemen menjadikan banyak perempuan di Indonesia berlomba-lomba mendaftarkan diri menjadi caleg (calon legeslatif). Latar belakang mereka pun berbeda-beda. Ada yang benar-benar dengan niat memperjuangkan hak rakyat, ikut-ikutan karena ingin mengejar prestise bahkan ada yang hanya sekedar jadi alat politik partainya.
Saya sendiri tidak mendukung dengan ikutnya perempuan menjadi caleg atau jadi bagian parlemen.
Perempuan memang mempunyai peran yang sangat penting di dunia publik yaitu melakukan upaya pencerdasan pada masyarakat. Tapi peran utama perempuan adalah di ranah domestiknya, yaitu sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Sinergisnya kedua peran wajib ini hanyalah dengan menjadikan peran ibu berdimensi upaya pencerdasan masyarakat. Tidak lain karena ibu juga menjadi faktor penting terciptanya sumberdaya manusia yang tangguh dalam sistem kenegaraan. Peran ibu dalam pembinaan anak-anaknya sejak usia dini mampu menciptakan sosok warganegara yang berkarakter  kuat dan bermental pemimpin serta pejuang.
Sebagai seorang ibu perempuan mempunyai tugas mendidik dan membina kepribadian anak. Membangun jiwa anak yang cerdas, beriman dan berakhlak mulia. Jadi bukanlah hal yang bijak ketika orang tua melemparkan tanggung jawab pendidikan dan perkembangan anaknya pada sekolah.
Selain sebagai ibu, perempuan juga mempunya tugas yang tidak kalah pentingnya, yaitu sebagai pengurus rumah tangga. Pengurus rumah tangga bukanlah pembantu, tapi ia adalah manajer di rumah tangganya. Dia mempunyai tanggung jawab untuk membuat suami dan anak-anaknya selalu nyaman berada di rumah, menjadikan rmah sebagai syurga bagi keluarganya dan memahami secara detail segala keperluan di rumah. Tugas perempuan dalam ranah domestiknya ini bukanlah hal yang ringan. Suami yang memiliki kemampuan ekonomi wajib menyediakan pembantu rumah tangga untuk membantu istrinya melaksanakan tugas-tugasnya sebagai manajer di rumah. Tapi apabila suami tidak mempunyai kemampuan untuk menyediakan pembantu maka istri harus ikhlas menjalankan semua tugas dan perannya itu. Jadi tidak benar ketika perempuan bekerja diluar rumah sedangkan semua tanggung jawabnya di rumah di serahkan ke pembantu.
Bayangkan saja ketika perempuan terjun ke dunia politik praktis, maka perannya sebagai ibu dan pengurus rumah tangga pasti tidak akan secara optimal bisa dilakukan. Padahal masa depan generasi bangsa yang berkualitas ada dalam genggaman tanggung jawabnya.
Apakah perempuan harus diam dirumah saja melakukan perannya?? Jawabannya : Tidak.
Banyak hal yang bisa dilakukan perempuan untuk mencerdaskan masyarakat di ranah publik yang tidak terlalu menyita waktunya untuk keluarga, apakah melalui tulisan yang dipublikasikan, membuja diskusi-diskusi publik, seminar, kegiatan sosial dan bentuk aktivitas lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar