Senin, 28 April 2014

Setia



Tiap kali mendengar kata “setia”, dalam hati saya bergumam “emmm… gue banget”. Betapa tidak, hal itu terbukti jelas ketika saya masih menjalankan aktivitas maksiat dalam bentuk “pacaran”.  Tak pernah sekalipun saya pergi berboncengan atau berdua-duaan dengan lelaki  selain pacar saya, kalaupun ada aktivitas yang mengharuskan saya berkumpul dengan laki-laki itupun harus dalam urusan pekerjaan. Sampai akhirnya saya mengalami kejadian yang berkaitan dengan tepat waktu. Saya dengan pacar saya (mantan) batal kencan karena saya telat beberapa menit, dan hal itu jadi permasalahan besar baginya. Tapi setelah kejadian itu sebenarnya hubungan kami masih  baik-baik saja. Sampai akhirnya saya mendapatkan pencerahan dari seorang inspirator yang mengemukakan bahwa orang yang tidak tepat waktu adalah orang yang tidak setia. Setelah saya pahami, ” hemmm betul juga”.
Kecil memang, hanya permasalahan waktu tapi sangat esensial. Menyepelekan waktu bertemu dengan seseorang sama dengan meremehkan pertemuan dengan orang tersebut. Yang berarti juga mengurangi nilai kesetiaan kita pada orang tersebut. Lalu bagaimana dengan kesetiaan kita pada Tuhan yang menciptakan kita? Saya sendiri langsung getir ketika memahami masalah waktu ini. Saya pun langsung memutuskan untuk tidak pacaran lagi.
Hakikatnya manusia diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Beribadah secara kaffah (menyeluruh), baik dalam keadaan berbaring ataupun berdiri, baik saat sendiri ataupun sedang beramai-ramai, untuk urusan pribadi dan urusan Negara. Allah menurunkan dien Islam dengan sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan. Mirisnya, kita hanya mengingat Allah ketika shalat saja, ketika zakat saja, ketika haji saja, di luar itu kita malah lupa dan terlalu asyik dengan aktivitas keduniawian kita, padahal Allah Maha Melihat apa yang kita perbuat. Hal yang kecil saja, saat sholat kita menutup aurat dengan sempurna, tapi ketika sholat berakhir aurat kembali diumbar dengan senangnya; ketika sholat shaff laki-laki dan perempuan terpisah, usai sholat laki-laki dan perempuan bercampur baur seakan Allah tidak memberikan aturan terhadap itu. Padahal menutup aurat dan tidak bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan baik dalam sholat maupun di luar sholat aturannya sama. Dan banyak lagi aturan aturan Allah lainnya yang kita sebagai kaum muslim sendiri yang menyepelekannya.
Anehnya lagi, dengan alasan masih muda atau mungkin dengan alasan menunggu kemantapan hati, kita malah menunda-nunda waktu untuk beribadah kepada-Nya. Sholatnya nanti saja menunggu waktu luang; hajinya nanti saja padahal mampu; berjilbabnya nanti saja, menjilbabi hati lebih duhulu; bertobatnya nanti saja saat tua, selagi muda ingin puas bersenang-senang dulu. Itulah segelintir alasan manusia, yang padahal di hadapan Allah alasan seperti itu tidak berguna sama sekali.
Hal yang begitu kita remehkan tapi malah meragukan kesetiaan kita kepada-Nya meskipun kita tetap menyebutnya sebagai Tuhan Yang Esa di lisan kita.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat) Allah, dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al A’raf: 179)

Saya pun masih belajar, memahami ini membuat saya menangis dengan maksiat yang pernah saya lakukan. Meskipun tak ada yang tau tapi Allah tau, meskipun kecil tapi maksiat kecil itulah yang menodai keimanan saya.
Marilah sahabat kita murnikan keimanan kita kepada Allah SWT, yang dengan keimanan itu Dia akan mencintai kita. Jangan nodai kesetiaan kita kepada Allah dengan hal-hal yang bersifat kesia-siaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar