Selasa, 22 April 2014

Miniatur Potret Daerah di Ujung

Setiap ada kesempatan di akhir pekan, aku bersama adik-adikku biasanya pergi jogging. Kami tidak pernah jogging di sekitar rumah, kami selalu  mencari tempat jogging yang agak jauh dari rumah. Salah satu komplek perumahan ternama di kotaku sering menjadi tempat tujuan kami.
Komplek perumahan ini  menyuguhkan pemandangan yang sangat asri dari luar. Artis-artis lokal sering pemotretan dan syuting di tempat ini. Developer membangun komplek perumahan ini dengan setting membentuk sebuah kota dalam kota. Ya, komplek perumahan ini merupakan kota kecil dalam kota. Disamping hunian, juga ada taman, sekolah, tempat wisata, tempat olahraga, kafe-kafe, dan juga pusat pertokoan yang masih dalam tahap pembangunan.
Di tengah komplek perumahan ini juga menghadirkan danau yang cukup luas. Dengan pohon-pohon di sekitarnya. Aku sendiri sering siang-siang pergi bersantai duduk di bawah pepohonan itu sendirian sambil membaca buku dan menikmati es krim, hemmm suasana yang sangat menyejukkan. Semilir angin menyentuh jilbabku.
Bagiku dan adik-adikku berkeliling jogging disekitar komplek ini sangat menyenangkan. Suasananya yang jauh dari jalan raya membuat kami merasa nyaman dan aman berolahraga disini. Kadang kala sehabis olah raga kami duduk santai bersila atau berselunjur kaki di pinggiran danau atau di lapangan golf untuk berdiskusi tentang keseharian kami atau tentang hal-hal yang menarik bagi kami.
Hari ini kami sangat tertarik untuk jogging sampai ke ujung jalan perumahan, dimana di ujung perumahan itu ada sebuah Sekolah Islam Terpadu yang kabarnya cukup elit sesuai dengan citra elit komplek perumahan ini. Semakin berjalan ke ujung kami menyaksikan hal yang cukup membuat kami tersentak kaget. Komplek ini yang terlihat sangat menawan dari luar ternyata di lingkungan penghujung komplek ini gersang bahkan kumuh. Pembuangan sampah yang tidak tertata, bau, dan pemandangannya jauh dari indah. Ironisnya, lingkungan yang seperti itu berdekatan dengan bangunan sekolah.
Adikku pun bergumam, “Hmmm… Indonesia banget ya…”.
Kami pun berdiskusi tentang fakta menarik ini. Tentang negeri kita yang masih dalam tahap pembangunan sampai ini. Yang kata Presiden kita “Demokrasi negeri ini masih belum dewasa”, meskipun usia negeri ini sudah 69 tahun, cukup tua tapi masih mengkanak-kanak. Itulah negeri kita Indonesia.
Indonesia merupakan negeri yang kaya raya dengan sumber daya alam yang melimpah dan kuantitas sumber daya manusia yang banyak, namun tidak berbanding lurus dengan kualitasnya. Meskipun 69 tahun sudah merdeka pembangunan di negeri ini belum juga terjadi pemerataan. Pembangunan hanya megah di kota-kota, tapi di pelosok daerah jalan-jalan dan jembatan saja masih banyak yang rusak, fasilitas-fasilitas umum banyak yang tidak memadai bahkan tidak tersedia, bangunan sekolah yang tidak layak menjadi tempat anak-anak belajar, tidak tersedianya fasilitas untuk menunjang bakat anak, lingkungan yang tidak terpelihara dan banyak kekurangan-kekurangan serta masalah-masalah lain yang hadir di negeri ini.
Nampak indah dari luar, tapi semakin ke ujung semakin tak terpelihara, semakin terabaikan. Itulah potret negeri ini. Kebijakan pembangunan yang masih belum merata menjadi ketimpangan social dan ketimpangan kesejahteraan yang sangat jauh antara ibukota dengan didaerah-daerah. Aku jadi teringat dengan kata-kata tanteku yang berprofesi sebagai guru  yang tinggal di daerah.
“Kerja di daerah ini santai Er, gak banyak tanggung jawabnya kaya ngajar di kota”.
“Kan kurikulumnya sama aja Cil”, sahutku “Lagian kan pemerintah sekarang ketat katanya monitoringnya Cil”
“Mana ada Er, Pemerintah yang mau cape-cape monitoring ke daerah yang jauh kaya gini” timpal tanteku.
Begitulah potret negeri kita,  Indonesia. Semakin jauh dari ibukota pemerintahan semakin terabaikan. Maka tidak salah kalau pulau-pulau terluar negeri ini yang tidak terpelihara akhirnya malah dimiliki oleh negeri tetangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar