Setiap ada kesempatan di akhir
pekan, aku bersama adik-adikku biasanya pergi jogging. Kami tidak pernah
jogging di sekitar rumah, kami selalu
mencari tempat jogging yang agak jauh dari rumah. Salah satu komplek
perumahan ternama di kotaku sering menjadi tempat tujuan kami.
Komplek perumahan ini menyuguhkan pemandangan yang sangat asri dari
luar. Artis-artis lokal sering pemotretan dan syuting di tempat ini. Developer
membangun komplek perumahan ini dengan setting membentuk sebuah kota dalam
kota. Ya, komplek perumahan ini merupakan kota kecil dalam kota. Disamping
hunian, juga ada taman, sekolah, tempat wisata, tempat olahraga, kafe-kafe, dan
juga pusat pertokoan yang masih dalam tahap pembangunan.
Di tengah komplek perumahan ini
juga menghadirkan danau yang cukup luas. Dengan pohon-pohon di sekitarnya. Aku
sendiri sering siang-siang pergi bersantai duduk di bawah pepohonan itu
sendirian sambil membaca buku dan menikmati es krim, hemmm suasana yang sangat
menyejukkan. Semilir angin menyentuh jilbabku.
Bagiku dan adik-adikku
berkeliling jogging disekitar komplek ini sangat menyenangkan. Suasananya yang
jauh dari jalan raya membuat kami merasa nyaman dan aman berolahraga disini.
Kadang kala sehabis olah raga kami duduk santai bersila atau berselunjur kaki
di pinggiran danau atau di lapangan golf untuk berdiskusi tentang keseharian
kami atau tentang hal-hal yang menarik bagi kami.
Hari ini kami sangat tertarik
untuk jogging sampai ke ujung jalan perumahan, dimana di ujung perumahan itu
ada sebuah Sekolah Islam Terpadu yang kabarnya cukup elit sesuai dengan citra
elit komplek perumahan ini. Semakin berjalan ke ujung kami menyaksikan hal yang
cukup membuat kami tersentak kaget. Komplek ini yang terlihat sangat menawan
dari luar ternyata di lingkungan penghujung komplek ini gersang bahkan kumuh.
Pembuangan sampah yang tidak tertata, bau, dan pemandangannya jauh dari indah.
Ironisnya, lingkungan yang seperti itu berdekatan dengan bangunan sekolah.
Adikku pun bergumam, “Hmmm…
Indonesia banget ya…”.
Kami pun berdiskusi tentang fakta
menarik ini. Tentang negeri kita yang masih dalam tahap pembangunan sampai ini.
Yang kata Presiden kita “Demokrasi negeri ini masih belum dewasa”, meskipun
usia negeri ini sudah 69 tahun, cukup tua tapi masih mengkanak-kanak. Itulah negeri
kita Indonesia.
Indonesia merupakan negeri yang
kaya raya dengan sumber daya alam yang melimpah dan kuantitas sumber daya
manusia yang banyak, namun tidak berbanding lurus dengan kualitasnya. Meskipun
69 tahun sudah merdeka pembangunan di negeri ini belum juga terjadi pemerataan.
Pembangunan hanya megah di kota-kota, tapi di pelosok daerah jalan-jalan dan
jembatan saja masih banyak yang rusak, fasilitas-fasilitas umum banyak yang
tidak memadai bahkan tidak tersedia, bangunan sekolah yang tidak layak menjadi
tempat anak-anak belajar, tidak tersedianya fasilitas untuk menunjang bakat
anak, lingkungan yang tidak terpelihara dan banyak kekurangan-kekurangan serta
masalah-masalah lain yang hadir di negeri ini.
Nampak indah dari luar, tapi
semakin ke ujung semakin tak terpelihara, semakin terabaikan. Itulah potret
negeri ini. Kebijakan pembangunan yang masih belum merata menjadi ketimpangan
social dan ketimpangan kesejahteraan yang sangat jauh antara ibukota dengan
didaerah-daerah. Aku jadi teringat dengan kata-kata tanteku yang berprofesi
sebagai guru yang tinggal di daerah.
“Kerja di daerah ini santai Er,
gak banyak tanggung jawabnya kaya ngajar di kota”.
“Kan kurikulumnya sama aja Cil”,
sahutku “Lagian kan pemerintah sekarang ketat katanya monitoringnya Cil”
“Mana ada Er, Pemerintah yang mau
cape-cape monitoring ke daerah yang jauh kaya gini” timpal tanteku.
Begitulah potret negeri kita, Indonesia. Semakin jauh dari ibukota
pemerintahan semakin terabaikan. Maka tidak salah kalau pulau-pulau terluar
negeri ini yang tidak terpelihara akhirnya malah dimiliki oleh negeri tetangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar