Kamis, 24 April 2014

Membangun Kebiasaan


Sejak berada di bangku SD saya sudah hobby membaca, sampai-sampai pada waktu itu saya dijuluki kutu buku oleh teman-teman saya. Saking senangnya membaca, ketika waktu istirahat tiba saya sering membaca sambil berjalan di lingkungan sekolah. Buku-buku yang say abaca waktu itu seputar tentang kisah anak-anak seperti Marini Sahabat Sejati, Detektif Cilik, dan banyak lagi. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan tentang kebudayaan Indonesia, bahkan saat saya kelas 3 SD saya sudah mengerti tentang globalisasi. Beranjak SMP buku yang sering saya baca berjudul Trio Detektif yang menceritakan tentang 3 orang remaja yang . Saat SMA buku-buku yang saya baca sudah mulai mengarah pada buku-buku Teenlit, Seri Chicken soup dan komik-komik yang bernuansa percintaan. Sepanjang hobby membaca itu saya jalankan semua buku yang saya baca bernuansa kehidupan sehingga mudah saja bagi saya memahaminya.
Perkembangan ini berubah ketika saya memasuki dunia perkuliahan. Tuntutan dari kebutuhan aktivitas saya, saya harus banyak membaca buku yang bernuansa pemikiran, misalkan At Tafkir (Hakikat Berfikir); Pemikiran Politik Barat; Hakikat Kebangkitan;  Kapitalisme, Komunisme dan Islam; dan banyak buku-buku yang lain. Saya yang terbiasa membaca buku-buku yang ringan terang saja kesulitan untuk membaca buku itu. Al hasil saya pun jadi malas membaca, baru 1 lembar ngantuk dan buku pun langsung ditutup.
Ketika bertemu dengan senior  yang kebetulan ingin mengetahui perkembangan dari pengetahuan saya, saya ungkapkan kesulitan saya dalam membaca. Alasan saya waktu itu karena kegiatan saya yang begitu padat, kuliah, aktivitas organisasi dan juga kerja sampingan yang begitu menyita waktu saya sedangkan membaca buku-buku pemikiran seperti itu perlu pemahaman yang kuat tiap paragrafnya, saya harus mengalokasikan waktu tuk membaca dan saya tidak sanggup mengalokasikan waktu untuk itu. Berharap alasan saya itu dibenarkan oleh senior. Jawaban pertama dari senior saya waktu itu, “Paksa!”. Dalam hati saya langsung nyinyir, ngomong sih gampang ngelakuinnya yang susah.
Tak ada pilihan buat saya. Saya pun memaksakan diri membaca buku-buku itu dalam kondisi apapun. Sejak saat itu kemana pun saya pergi saya membawa buku. Saat menunggu dosen masuk kelas, menunggu waktu sholat, sebelum rapat, sebelum tidur, setiap kali ada kesempatan saya manfaatkan. Awalnya saya sungguh sangat teramat terpaksa, akhirnya terbiasa dan menganggap itu sebagai kebutuhan. Sejak saat itu banyak buku pemikiran yang saya baca dan miliki.
Begitulah sekelumet cerita saya ketika membangun kebiasaan.
Kebiasaan itu tidak muncul dengan sendirinya. Adakalanya harus kita paksa untuk memulainya dengan komitmen yang kuat. Paksaan itu ibarat obat ketika kita merasa malas. Namun jangan khawatir, meski awalnya terpaksa ketika aktivitas itu dilakukan berulang-ulang akhirnya menjadi suatu perbuatan yang reflex.
Seseorang yang professional atau ahli di salah satu bidang kehidupan bukan terbentuk dengan sendirinya. Seorang inspirator ternama Jamil Azzaini menyatakan untuk menjadi seorang yang ahli seseorang memerlukan waktu 10.000 jam untuk mengulang-ulang latihan dibidangnya itu. Sehingga untuk bisa ahli menjadi seorang penulis, pendidik, trainer, pebisnis, psikolog dan professional lainnya perlu 10.000 jam terbang di bidang itu. Dan itu berawal dari 1 kebiasaan kecil yang awalnya mungkin harus dipaksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar