Sejak berada di bangku SD saya
sudah hobby membaca, sampai-sampai pada waktu itu saya dijuluki kutu buku oleh
teman-teman saya. Saking senangnya membaca, ketika waktu istirahat tiba saya
sering membaca sambil berjalan di lingkungan sekolah. Buku-buku yang say abaca
waktu itu seputar tentang kisah anak-anak seperti Marini Sahabat Sejati,
Detektif Cilik, dan banyak lagi. Banyak sekali pengetahuan yang saya dapatkan
tentang kebudayaan Indonesia, bahkan saat saya kelas 3 SD saya sudah mengerti
tentang globalisasi. Beranjak SMP buku yang sering saya baca berjudul Trio
Detektif yang menceritakan tentang 3 orang remaja yang . Saat SMA buku-buku
yang saya baca sudah mulai mengarah pada buku-buku Teenlit, Seri Chicken soup
dan komik-komik yang bernuansa percintaan. Sepanjang hobby membaca itu saya
jalankan semua buku yang saya baca bernuansa kehidupan sehingga mudah saja bagi
saya memahaminya.
Perkembangan ini berubah ketika
saya memasuki dunia perkuliahan. Tuntutan dari kebutuhan aktivitas saya, saya
harus banyak membaca buku yang bernuansa pemikiran, misalkan At Tafkir (Hakikat
Berfikir); Pemikiran Politik Barat; Hakikat Kebangkitan; Kapitalisme, Komunisme dan Islam; dan banyak
buku-buku yang lain. Saya yang terbiasa membaca buku-buku yang ringan terang
saja kesulitan untuk membaca buku itu. Al hasil saya pun jadi malas membaca,
baru 1 lembar ngantuk dan buku pun langsung ditutup.
Ketika bertemu dengan senior yang kebetulan ingin mengetahui perkembangan
dari pengetahuan saya, saya ungkapkan kesulitan saya dalam membaca. Alasan saya
waktu itu karena kegiatan saya yang begitu padat, kuliah, aktivitas organisasi
dan juga kerja sampingan yang begitu menyita waktu saya sedangkan membaca
buku-buku pemikiran seperti itu perlu pemahaman yang kuat tiap paragrafnya,
saya harus mengalokasikan waktu tuk membaca dan saya tidak sanggup
mengalokasikan waktu untuk itu. Berharap alasan saya itu dibenarkan oleh
senior. Jawaban pertama dari senior saya waktu itu, “Paksa!”. Dalam hati saya
langsung nyinyir, ngomong sih gampang ngelakuinnya yang susah.
Tak ada pilihan buat saya. Saya
pun memaksakan diri membaca buku-buku itu dalam kondisi apapun. Sejak saat itu
kemana pun saya pergi saya membawa buku. Saat menunggu dosen masuk kelas,
menunggu waktu sholat, sebelum rapat, sebelum tidur, setiap kali ada kesempatan
saya manfaatkan. Awalnya saya sungguh sangat teramat terpaksa, akhirnya
terbiasa dan menganggap itu sebagai kebutuhan. Sejak saat itu banyak buku
pemikiran yang saya baca dan miliki.
Begitulah sekelumet cerita saya
ketika membangun kebiasaan.
Kebiasaan itu tidak muncul dengan
sendirinya. Adakalanya harus kita paksa untuk memulainya dengan komitmen yang
kuat. Paksaan itu ibarat obat ketika kita merasa malas. Namun jangan khawatir,
meski awalnya terpaksa ketika aktivitas itu dilakukan berulang-ulang akhirnya
menjadi suatu perbuatan yang reflex.
Seseorang yang professional atau
ahli di salah satu bidang kehidupan bukan terbentuk dengan sendirinya. Seorang
inspirator ternama Jamil Azzaini menyatakan untuk menjadi seorang yang ahli
seseorang memerlukan waktu 10.000 jam untuk mengulang-ulang latihan dibidangnya
itu. Sehingga untuk bisa ahli menjadi seorang penulis, pendidik, trainer,
pebisnis, psikolog dan professional lainnya perlu 10.000 jam terbang di bidang
itu. Dan itu berawal dari 1 kebiasaan kecil yang awalnya mungkin harus dipaksa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar